Besoknya kami pindah camp ke camp 2. Dihari kedua ini kami akan mengaplikasikan materi yang sudah diterima dikelas yaitu resection. Gue lupa kami menembak puncak apa, tapi sih seinget gue waktu itu cuaca mendung jadi sulit keliatan puncak yang akan ditembak. Kami bener-bener mempraktekan apa itu orientasi medan tertutup, seharusnya ada orientasi medan terbuka tetapi cuaca saat itu sedang tidak mendukung. Setelah dirasa cukup untuk praktek ormed tertutup, kami kembali ke camp untuk istirahat. Tapi kata “istirahat” adalah khayalan bagi gue, karena kegiatan dilanjutkan yaitu mencari survivor.
SAR
(Search And Rescue) salah satu materi wajib yang harus kami jalani selama
pendidikan. Kami mempraktekan materi ini selama 3 hari, dengan penuh lika liku.
Hari pertama nge-SAR, kami mengikuti “trekking mood” yaitu pencarian dengan
mengikuti jalan yang diduga pernah dilewati survivor (informasi jalan
didapatkan dari teman seperjalanan si survivor ini). Karena hari mulai gelap
akhirnya kami memutuskan untuk berhenti pergerakan dan mendirikan camp, jadilah
kami ngecamp di camp 3.
Lanjut pencarian, di hari ke 2
ini kami melakukan “open grid” yaitu pencarian korban dengan membentangkan
pasukan kekanan dan kekiri dengan lurus, bahasa gampangnya seperti menyapu satu
wilayah. kami dibentangkan dengan interval (jarak) 2 meter per orang. Dengan
aba-aba pluit, instruksinya 1x pluit berarti jalan, 2x pluit berarti berhenti,
dan 3x pluit berarti kumpul. Dalam nge-SAR kami dilarang untuk pilih-pilih
jalur, karena jika kita nyari aman saat nge-SAR kemungkinan besar survivor bisa
terlewatkan dan akhirnya tidak tersapu. Dihari kedua ini kami menemukan kembali
beberapa barang yang dibawa survivor, maka ditiuplah 3x pluit agar kami semua
berkumpul. Waktu itu sudah lewat dzuhur sepertinya, karena kami butuh makan
maka semua pasukan ditarik mundur ke camp untuk mengisi tenaga. Sesampainya di
camp kami masak dan makan bersama, kemudian dilanjut dengan materi perapian
dari sang avatar.
Pencarian masih terus dilakukan,
memasuki hari ke 3 kami melakukan open grid kembali dengan dari titik awal
penemuan barang korban kemarin, setelah 2 jam kami susuri jalan dengan menebas jalur sampe
tangan kena duri dari halus hingga tajam, terdengarlah pluit 3x. Semua serentak
berkumpul dan Alhamdulillah kami dipertemukan dengan survivor, udah deh
langsung mempraktekan PPGD (Pertolongan Pertama Gawat Darurat) yang sudah
diajarkan, waktu itu gue kebagian bikin tandu karena memang hanya sedikit yang
mengerti teknik buat tandu. Useless banget sih, ini pertama kalinya gue buat
tandu dengan bahan-bahan alam. Namanya juga dihutan, jadi gue harus nebang
pohon dulu buat dirakit jadi tandu, ya walaupun tali tandunya masih pake
webbing blom tali alam tapi bagi gue itu adalah pengalaman baru buat gue.
Biasanya kalau di sekolah gue belajar tandu dari bambu yang sudah tersedia
panjang pendeknya beserta diameternya.
Setelah selesai survivor
dievakuasi kami bergegas kembali ke camp untuk evaluasi pergerakan serta
mengisi tenaga kembali. Dihari ke-… gue lupa ini hari keberapa. Ternyata ada
pembukaan survival, dimana kita harus dbertahan hidup dengan memanfaatkan apa
yang ada di alam. Mulai dari tempat istirahat (termasuk tidur) hingga makanan
sehari-hari semua berasal dari alam (kecuali nesting untuk masak). Kami makan
begonia, cacing tanah, pakis haji, jantung pisang, kulit pisang ijo, bonggol
pisang, serta pohon palem. Oke disini kejujuran gue yang kedua, selama 3 hari 2
malam survival gue gak pernah mau bener-bener telen tuh makanan. Mungkin karena
dikota gua juga suka pilih-pilih makanan jadi kebawa sampe dihutan. Seinget gue
sih gue makan paling dikit sisanya puasa, bodoamat deh perut keroncongan, yang
penting minum terjaga. Karena manusia kuat tanpa makan selama 27 hari sedangkan
tidak kuat tanpa minum selama 3 hari.
3 hari yang penuh kontroversi
dengan lambung, dihari terakhir pencabutan masa survival kami disuguhkan
berbagai macam makanan, mulai dari pudding, spageti, susu, cokelat, bubur
sum-sum, macaroni, nasi goring, wedang jahe, nutrisari dannnnnnnnnnn akhirnya
runtuh juga pertahanan gue. Sehabis makan enak kami semua kompak BAB wkwkwk,
saking kenyangnya kali yak. Sudah selesai detik-detik bahagianya, kami bergegas
untuk melanjutkan perjalanan. Sudah senja kami belum sampai juga di tempat camp
selanjutnya, gue udah jatuh bangun lagi dah. Paling bikin bengong adalah ketika
gue dihadapkan dengan jalanan curam keatas, duhhh serius itu tinggi banget dan
akhirnya carriel gue dibawain lagi sama danru. Duhh hampura yak danru ku, you
are the best deh. Eh tapi kali ini gue beneran sakit dipaha loh ya, jadi emang
beneran perih kalau jalan (kerena gesekan celana). Jalanan nan curam itupun
terlewati, saat jalanan kembali landai akupun disuruh membawa carriel ku
sendiri. 10 menit sebelum sampai camp aku akhirnya dibopong oleh 2 senior
saking kelamaan jalannya padahal dikit lagi sampe. Hehhee thank you so much
kakak-kakak kuuu.
Tiba-tiba bunyi petasaan pas
setelah maghrib, dan kami ternyata disuruh mengikuti upacara. Upacara terakhir
kami dihutan, upacara penentuan layak tidaknya kami diterima sebagai bagian
dari organisasi ini. Dan akhirnya terbayar sudah perjalanan 10 hari penuh drama
dari gue dengan penyematan tanda anggota ini.
(Februari, 2017)
Di tulisan selanjutnya gue akan meneruskan pengalaman gue
selama jadi panitia. Penuh drama, tapi bukan drama seperti 3 tulisan ini.
Selanjutnya akan penuh drama romantis wkwkwk. See yaaa.
Komentar
Posting Komentar