Haiiiii…..
Apa kabarmu? Sungguh aku tahu pertanyaan seperti ini sudah
tak layak lagi kupertanyakan padamu. Kamu tahu? Aku sedang mengenang hari ini. Hari
dimana kamu mulai berjuang, hari dimana kamu memulai membuka lembaran cerita
yang kini telah usai. Biarkan aku mengenang……
Kamu, yang saat itu mengucapkan janji. Janji yang mengubah
segalanya, janji yang membuatku mulai berfikir untuk masuk kedalam zona yang
bahkan tak pernah kubayangkan sebelumnya.
“Kasih gue waktu SATU BULAN, dan gue akan bersihkan gelasnya. Jika nanti gue gagal, lo boleh potong jari kelingking gue”
Terlihat sadis memang saat pertama kali aku membacanya, saat
itu bimbang mulai mendekatiku. Aku takut kamu tidak akan berhasil menepati
janji itu, aku takut kenangan masa laluku sebelum kamu tak dapat hilang. Aku yang
dahulu masih mengharapkannya masih belum bisa melepaskannya dari ingatan.
Namun, caramu membuktikan membuatku merasa perlahan mulai
memupuk keyakinan “KAMU BISA !!!”. Semua hal yang kamu lakukan saat itu,
benar-benar tak pernah terfikirkan sedikitpun dibenaku. Belum pernah ada orang
yang memperlakukan semua hal itu hanya untuk ku, jika kamu tidak perduli padaku
kamu bisa batalkan janji itu. Tapi tidak, kamu terus berjuang.
Aku ingat dengan jelas, dibulan yang sama tahun itu aku
pernah berada di titik down karena laporan pkl yang merajuk pada skripsi. Disaat
itu kamu sengan setia mendampingi, menyemangati, melarang, menghibur dan
memberikan saran. Rela begadang, hanya untuk mendampingi ku menyelesaikan
laporan itu. Kalau kamu tak perduli, kamu bisa tidur saat itu. Tapi tidak, kamu
terus mendampingi.
Setiap hari mulai dihari ini waktu dulu, kamu selalu
membahas tentang dia. Sampai ku bertanya “Yang suka sama dia gue atau lo sih? Kok
jadi lo yang semangat banget kalo bahas tentang dia”. Tapi kamu tidak berhenti,
selalu membahas tentangnya. Mengingatkan kenangan-kenangan yang pernah ku alami
bersamanya. Mempromosikan dirinya dengan berbagai kelebihan-kelebihan yang dia
miliki. Sungguh, saat itu aku sama sekali tidak paham apa yang kamu lakukan. Kenapa?
Membersihkan gelas harus mengingat kembali semua kenangan itu? Mengungkit kembali
kisah yang telah lalu? Ini bukan sekali dua kali tapi hampir setiap hari. Lama-lama
aku bosan, bosan mendengar namanya, bosan mengingat rasa sakitnya, bosan
melihat cerita yang telah lalu. Tapi kamu terus bercerita, cerita tentang dia
dan aku.
Saat ini aku paham, saat itu kamu mengajarkanku bagaimana
caranya melupakan lebih tepatnya menetralkan perasaanku padanya. Kamu mengajarkan
bahwa “berusaha melupakan” bukanlah solusi terbaik. “semakin berusaha
melupakan, semakin sulit untuk melupakan. Karena dengan berusaha melupakan kita
juga berusaha mengingat”. Jawaban terbaik ialah “Menerima”.
Sampai hari ini, aku tak pernah lupa kenangan bersamanya,
tapi aku lupa bagaimana perasaanku padanya. Aku masih bisa bercanda tawa
dengannya, mendengarkan ceritanya, berbagi motivasi, berdiskusi, chatingan,
tapi semua itu netral. Sungguh, aku lupa bagaimana rasanya menyukainya
(menyukai dalam artian yang berbeda), aku lupa bahwa dia pernah ku perjuangkan,
aku lupa bagaimana aku pernah kecewa karenanya. Kamu tau? Itu semua karena
kamu.
Haiiiii……..
Bagimana? Ingatkah kamu akan cerita yang telah kuceritakan? Lantas
saat ini kamu pasti tahu, gelas bersih itu kini telah kotor. Sama seperti
pertanyaan kecemasan ku saat itu, saat aku menolak kamu berjanji.
“Gue bukan gak percaya sama lo, gu cumin takut. Gue takut kalau nanti setelah gelasnya bersih gelas itu akan kembali kotor dengan cairan yang lebih pekat dan semakin susah untuk dibersihkan”
Mau kah kamu memberikanku saran atas pertanyaanku ini : “Beritahu aku bagaimana caranya aku membersihkan
kembali gelas ini?”.
Komentar
Posting Komentar